Jumat, 17 September 2010

Qalbu yang Selalu Mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala

Penulis: Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sambil memegang kedua pundakku: 
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Tinggallah di dunia ini seakan-akan kamu sebagai orang asing atau orang yang numpang lewat.”
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma kemudian menyatakan:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila kamu berada di waktu sore maka janganlah engkau tunda (untuk beramal) sampai waktu pagi. Dan apabila kamu berada di waktu pagi maka jangan engkau tunda (untuk beramal) sampai waktu sore. Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Pergunakan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata:
Ketika seorang hamba memulai menapakkan kakinya di dunia ini, dirinya telah memulai perjalanan menuju Rabbnya. Sedangkan waktu perjalanannya adalah umur yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya. Setiap siang dan malam yang ia lalui merupakan jarak tempuh dalam rangka menuju Rabbnya l.
Seorang hamba akan menjalani hari-harinya sampai selesai perjalanan hidupnya. Maka, seorang hamba yang cerdas akan menyambut hari-harinya agar dapat melewatinya dengan selamat dan membawa keberuntungan. Demikianlah, ia selalu melewati hari-harinya. Tidaklah waktu berlalu dalam keadaan hatinya lalai/keras, memiliki angan-angan yang panjang, dan suka menunda-nunda amalan. Akan tetapi ia khawatir umurnya tinggal hari itu sehingga ia bersungguh-sungguh menjalaninya dengan sebaik-baiknya.
Karena sesungguhnya jika seorang hamba meyakini bahwa hari-harinya sangat sempit dan akan berlalu dengan cepat, maka akan membuat dirinya ringan dan segera beramal. Jiwanya selalu tunduk untuk bersiap diri menghadap Rabbnya. Apabila datang waktu dan hari, ia berusaha menyongsong dan menyambutnya. Keadaan seperti inilah yang senantiasa ia lalui, hingga akhir perjalanan hidupnya.
Usahanya akan mendapatkan pujian. Ia akan bergembira dengan apa yang telah ia persiapkan untuk suatu hari yang ia membutuhkan amalannya. Maka apabila telah datang terangnya hari akhirat dan berlalu kegelapan dunia, perjalanan hidupnya akan mendapatkan pujian. Usahanya akan mendapatkan balasan.
Alangkah bagusnya usaha untuk menyambut hari akhirat, hingga kebahagiaan nampak jelas di hadapannya.
(Diambil dari kitab Thariqul Hijratain wa Babus Sa’adatain, hal. 185-186, dengan sedikit perubahan)

sumber:asysyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar