Senin, 03 Mei 2010

Asy-Syifa radhiyallahu 'anha

Penulis: Al-Ustadzah Ummu 'Abdirrahman Bintu 'Imran
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah anugerahkan ilmu kepada seorang wanita bernama Asy-Syifa`. Anugerah itu benar-benar membawa kemuliaan baginya. Bahkan Amirul Mukminin ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu pun mengedepankan buah pikirannya. Riwayatnya pun tersebar di kalangan orang-orang sesudahnya.

Namanya Laila. Namun ia lebih dikenal dengan nama Asy-Syifa`, bintu Abdillah bin ‘Abdi Syams bin Khalaf1 bin Syaddad2 bin Abdillah bin Qarth bin Razah bin ‘Adi bin Ka’b Al-Qurasyiyah Al-‘Adawiyah radhiyallahu 'anha. Ibunya adalah Fathimah bintu Abi Wahb bin ‘Amr bin ‘A`idz bin ‘Imran bin Makhzum.
Di Makkah dia menyatakan masuk Islam, sebelum masa-masa hijrah. Dia pun berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Saat Allah Subhanahu wa Ta'ala izinkan para sahabat untuk berhijrah membawa agama mereka, Asy-Syifa` termasuk wanita yang berhijrah pertama kali.
Dulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa singgah di rumahnya dan numpang tidur siang di sana. Untuk tidur beliau, Asy-Syifa` biasa menyiapkan tempat tidur dan kain.
Asy-Syifa` adalah wanita yang cerdas. Dia ajarkan pula ilmu yang dimilikinya. Suatu saat, dia sedang berada di rumah Hafshah bintu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam kesempatan itu, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, saya dulu biasa meruqyah pada masa jahiliah. Saya akan menunjukkan ruqyah itu kepada anda.” Ditunjukkannya ruqyah itu kepada beliau. Di antaranya ada ruqyah untuk penyakit namlah3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata padanya, “Ajarkan pada Hafshah ruqyah namlah itu, seperti engkau mengajarkannya menulis.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberinya sebuah tempat tinggal. Asy-Syifa` menghuni tempat itu bersama putranya, Sulaiman.
Pada masa pemerintahan ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu, ‘Umar mengambil pemikiran dan pandangan Asy-Syifa`. ‘Umar pun memuliakan dan merasa ridha kepadanya. Bahkan sekali waktu ‘Umar pernah memercayai Asy-Syifa` untuk menangani masalah pasar.
Semasa hidupnya, Asy-Syifa` menyampaikan ilmu/ hadits yang pernah didapatkannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula yang pernah diperolehnya dari ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu. Ilmu yang dimilikinya pun diwarisi oleh orang-orang sesudahnya. Di antara mereka ada Sulaiman bin Abi Hatsmah, putranya, dan ‘Utsman bin Sulaiman, cucunya.
Asy-Syifa` bintu Abdillah Al-Qurasyiyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.…
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Sumber Bacaan:
Al-Ishabah, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/727-728)
Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (4/1868-1870)
Tahdzibul Kamal, karya Al-Imam Al-Mizzi (35/207-208)

1 Ada yang mengatakan Khalid.
2 Ada yang mengatakan Shaddad, ada pula Dhirar.
3 Penyakit namlah adalah semacam bisul-bisul bernanah yang keluar di lambung. Dinamakan namlah (semut) karena penderitanya merasakan adanya sakit yang menggigit di daerah itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar